Berkah bisnis batu bara ternyata tak hanya menggiurkan para pebisnis belaka. Keuntungan berlipat dari investasi di tambang ini turut memikat para pekerja seni, khususnya mereka dari kalangan selebriti. Belakangan ini, para artis ramai-ramai terjun ke bisnis ini.
Julia Perez sudah sejak lama merambah bisnis batu bara
Sebut saja misalnya Julia Perez. Artis yang akrab disapa Jupe ini telah lama terjun ke bisnis batu bara di Batulicin, Kalimantan Selatan. Menurut Jupe, usaha yang sedang dijalaninya itu sangat menjanjikan. Meski baru beberapa bulan, keuntungan hingga miliaran rupiah sudah dikantonginya.
Selain Jupe, Yuni Shara juga melirik si emas hitam. Yuni menganggap usaha itu sebagai bagian dari rencana jangka panjangnya. Ia sudah cukup lama menggelutinya.
Jane Shalimar juga begitu. Mantan kekasih Iko Uwais ini menyatakan dia tak main-main menggeluti bisnis baru ini. Menurut Jane, meski ternyata tak mudah menjalaninya, dia pantang mundur maju tak gentar.
Yang terbaru masuk tambang adalah artis Shezi Idris. Pesinetron ini menggeluti bisnis batubara dari segala jurusan, mulai sebagai perantara, di bidang marketing, sampai terjun langsung ke lapangan.
Kaya dari batu baraBisnis batu bara dalam beberapa tahun terakhir memang menggiurkan bagi mereka yang berkantong tebal. Lihat saja daftar 40 orang terkaya Indonesia yang dirilis belum lama ini. Dari daftar itu, sektor batu bara masih menjadi penyumbang utama pundi-pundi kekayaan mereka. Sedikitnya terdapat 10 orang terkaya yang berbisnis batu bara.
Komoditas batu bara sejak tahun 2010 memang telah mencuri perhatian semua orang. Bahkan dalam catatan akhir tahun 2010, PT Bahana TCW Investment Management menggelari batu bara sebagai salah satu komoditas paling hot pada tahun 2011.
Indonesia memang diakui merupakan "surga batu bara". Data Ditjen Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan, cadangan batu bara yang dimiliki Indonesia mencapai 21,130 miliar ton. Sebanyak 5,53 miliar ton di antaranya merupakan cadangan yang sudah terbukti. Kandungan batu bara nasional hampir tersebar di seluruh wilayah di Indonesia dengan cadangan terbesar berada di Kalimantan sebanyak 11,55 miliar ton dan Sumatera 9,58 miliar ton.
Hanya saja, dalam beberapa bulan terakhir, para pengusaha batu bara tampak kurang bahagia. Penyebabnya, harga batu bara sejak boom pada tahun 2009 terus mengalami penurunan. Data ESDM menunjukkan, rata-rata harga batu bara acuan (HBA) selama empat tahun terakhir terus merosot. Sepanjang tahun 2009, harga batu bara rata-rata hanya sebesar US$70,70 per ton dan naik menjadi US$91,74 per ton selama 2010.
Harga batu bara sempat mencapai rekor tertinggi pada tahun 2011 ketika menembus angka US$127,05 per ton. Selama tahun keemasan itu, rata-rata harga batu bara bertengger di posisi US$118,40 per ton. Namun di tahun 2012, harga batu bara kembali mengalami kontraksi, merosot sampai ke level US$100 per ton. Hingga September ini, harga batu bara rata-rata berada di kisaran US$99,62 per ton.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Rudi Rubiandini mengatakan harga batu bara terus anjlok akibat melambatnya ekonomi Eropa dan China, sebagai konsumen terbesar batu bara dunia. Meski begitu, hingga saat ini pengusaha batu bara masih aman, belum akan merugi. "Namun, kalau harga terus turun sampai di bawah US$60 per ton, perusahaan batubara bisa bangkrut," ujarnya.
Bisnis mudah?Menanggapi masuk berbondong-bondongnya kalangan selebritis ke bisnis tambang batu bara, pengamat energi Pri Agung Rakhmanto menengarai fenomena ini terjadi karena imbas penerapan otonomi daerah. Hal itu, menurut dia, sedikit banyak terkait terbitnya Undang-undang Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang memberikan hak kepada pemerintah daerah untuk memberikan izin tambang.
"Akibatnya, siapa yang punya uang, akan mudah memulai bisnis ini," kata dia dalam perbincangan melalui sambungan telepon dengan VIVAnews.
Walau trennya menurun, Pri Agung tak menampik bahwa harga batu bara yang relatif masih tinggi ikut memicu masuknya selebritis ke dalam bisnis ini. Apalagi, pasar masih terus menyerap pasokan batu bara, meski ada penurunan.
Selain itu, dari segi teknis, penambangan batu bara tak memerlukan teknologi tinggi, seperti halnya pada tambang-tambang mineral lainnya. "Pengawasan tambang batu bara sangat longgar, jadi sangat mudah bagi siapa pun menjalankan bisnis ini," ujar Direktur ReforMiner Institute ini.
Walau menyambut baik masuknya tangan-tangan artis ke bisnis ini, Pri Agung mengingat bakal ada dampak buruk dari menjamurnya tambang batu bara. Pengelolaan energi yang tak terkendali dan kerusakan lingkungan adalah dua hal yang tak bisa terhindarkan. Soal seberapa parah kerusakannya, bayangkan saja data ReforMiner Institute yang menyatakan pertumbuhan produksi batu bara Indonesia mencapai 15-20 persen di atas negara-negara lain, termasuk China dan Australia.
sumber vivanews